Minggu, 01 Juni 2014

Wawancara Slash & Myles Kennedy (tentang World on Fire)



“World on Fire” menandai album keduamu dengan bandmu Myles Kennedy, Brent Fitz dan Todd Kerns. Bagaimana kamu merasakan dinamika antar kalian berempat berkembang?
Slash: Kami punya chemistry yang alami sejak semula. Makin lama kami bersama, chemistry itu makin berkembang. Dan karena semua rangkaian tur dan situasi berbeda yang kami alami, baik sebagai sebuah band maupun sebagai pemain musik, tanpa kami sadari kami semua belajar dari itu. Itu nampak saat kami menulis dan merekam lagu. Itu hal yang tidak bisa dikatakan tapi aku bisa merasakannya. Itu adalah evolusi alami bagi sekelompok musisi dalam sebuah band.
Myles: Lebih dari empat tahun ini kami tentu berkembang sebagai sebuah band.  Memanfaatkan vokal Todd dan kemampuan Brent sebagai seorang instrumentalis multi tentu bisa menggambarkan bagaimana kemampuan The Conspirators. Aku merasa itu merupakan nilai tambah pada apa yang Slash dan aku lakukan sebagai penulis lagu. Tidak menyebut mereka berdua sebagai bagian besar dari proses aransemen. Todd bahkan membawa perkembangan yang keren yang kami pakai untuk lirik dalam “Shadow Life” dan dia juga menambahkan sebuah intro yang luar biasa di “The Dissident” yang sangat menyenangkan

Apa perbedaan terbesar antara album terakhir “Apocalyptic Love” dan album baru “World on fire”?
Slash: Perbedaan terbesar adalah bahwa band ini juga berkembang secara alami dengan begitu banyak tur dan segala hal yang berbeda ini. Ada satu perbedaan dalam musik yang tampak di rekaman ini dan keahlian menulis lagu khususnya. Perbedaan yang lain bahwa kami merekam kedua album itu secara live tapi kita membiarkan album pertama (Apocalyptic Love) tetap live. Hanya begitu saja, tidak ada overdubs, layer atau apapun dalam teknis studio. Sedangkan dalam “World on Fire”, aku ingin melakukan harmonisasi gitar dan menggandakan bagian2 tertentu dan menciptakan sound. Ini adalah rekaman yang sedikit lebih diproduksi dalam hal itu.
Myles: Kami tidak menghabiskan banyak waktu dalam aransemen selama sesi Apocalyptic. Kupikir itu adalah bagian dari alasan mengapa rekaman ini terdengar lebih menyatupadu. Slash menghabiskan banyak waktu dengan Todd dan Brent dalam aransemen. Sementara aku sedang tur bersama dengan Alter Bridge akhir tahun lalu. Ketika aku selesai tur, aku menemui mereka di LA supaya mereka dapat merasakan feel-nya akan bagaimana lagu2 itu setelah diisi vokal. Perbedaan yang lain adalah bahwa Slash memainkan semua bagian gitar dalam “World on Fire”. Dalam “Apocalyptic”, aku menyanyi dan memainkan gitar dimana itu menyenangkan tapi tentu aku harus punya banyak waktu untuk focus di lirik dll. Tidak bermain gitar dalam “World on Fire” memberiku lebih banyak waktu untuk menyesuaikan lirik dan melodi. Pada akhirnya itu semakin membuat lagu2nya menjadi lebih baik. Aku sangat senang dengan proses yang berjalan.   

Untuk “World on Fire” kalian bekerjasama dengan produser Michael “Elvis” Baskette.(Alter Bridge, Incubus, Falling in Reverse) Apa yang kalian rasakan dia bawa?
Slash: Elvis sangat mengerti gitar dan nada2nya layaknya drums, bass dan vokal. Bagiku, sangat penting bekerja sama dengan seseorang yang sangat memahami sound gitar. Di jaman sekarang ini, sulit menemukan seseorang yang mengerti sound gitar. Elvis benar2 pekerja keras yang ekstim, Aku menganggap diriku sebagai pekerjakeras seperti Myles. Dia benar2 memberikan waktunya untukku. Jadi dia menarik sisi terbaik dalam diriku seperti juga dalam diri Myles dan semuanya. Dia menyenangkan untuk diajak bekerjasama.
Myles: Elvis sangat brilian. Ini adalah rekaman kelimaku bersamanya. Kemampuannya mengeluarkan sisi terbaik dari sebuah band rock adalah sangat istimewa. Dia selalu tau apa yang fans ingin dengarkan dari seorang artis. Dia melakukan hal yang luar biasa dalam mendokumentasikan nada dan suara gitar Slash. Aku ingat saat pertama kau mendengarkan solo gitar “Battleground”, aku meledak.  Elvis mampu menangkap tanda2 sonik yang membuat permainan gitar Slash menggetarkan aku 25 tahun yang lalu. Elvis menangani semua elemen dalam proses rekaman ini. Dari arasemen sampai mix akhir, dia benar2 total memastikan bahwa rekaman ini seperti seharusnya dan banyak lagi.

Apakah kalian mendapatkan sound baru selama proses produksi?
Slash: Ya dan tidak. Seluruh rekaman ini terdengar benar2 baru dibandingkan album terakhir. Kami memang melakukan banyak tonal, EQ dan gitar. Aku tidak dapat mengatakan kami anti teknologi baru, karena kami melakukan ini dalam rekaman. Tapi dari sudut pandang nada dan kesetaraan, kami tentu melakukan banyak hal baru.
Myles: Itu akan jadi pertanyaan untuk Elvis atau Slash. Tapi aku tentu bisa mengenali beberapa pendekatan baru yang belum pernah kudengar di dua album terakhir sebelumnya

Mengapa “World on Fire” dipilih sebagai single?
Slash: Kupikir akan ada banyak single dalam album tapi ini adalah lagu bagus yang menghentak. Temponya naik, agresif, ini adalah lagu yang asyik. Aku suka semua dalam World on Fire, lebih dari semua judul dan lirik yang ada didalamnya.
Myles: Ada kerapatan dan dorongan tertentu yang membuatnya dipilih menjadi track pembuka.

Apa sebenarnya arti judul album “World on Fire”?
Slash: Secara literal, itu tentang pemanasan global. Tapi itu tidak menjadi katalisator dalam judul itu. “World on Fire” lebih mengarah ke hal yang menyenangkan dan positif – sebenarnya banyak konotasi seksual di lagu tersebut. Itu adalah pelembutan dari tindakan gila dan menerobos semua pemberhentian.
Myles: “World on Fire” bukan sebuah pernyataaan mendalam tentang dimana kita berada sebagai sebuah planet. Itu tentang menjalani kehidupan secara total… . Sebagian orang mungkin merasa track itu sebagai lagu tentang gejala alam tapi tema sebenarnya adalah tentang menggunakan waktu dan melakukan hal2 yang membuatmu senang. Dan lagi, aku tidak bisa mendikte apa arti lagu ini bagi setiap orang. Yang bisa kulakukan hanya mengatakan apa yang ada dalam pikiranku ketika lirik lagu itu ditulis.

Lagu lain apa yang kamu rasa menyorot bagimu saat ini?
Slash: Ketika mengerjakan sebuah album, aku benci mengidentifikasi satu atau dua lagu tertentu. Ini tidak seperti sebuah album ditulis dengan satu lagu hebat dan yang lain hanya pelengkap. Lagu2 itu punya makna yang sama dengan lagu yang lain. Tapi ada beberapa lagu yang benar2 berbeda dengan yang kami lakukan pada album terakhir. Lagu itu berjudul “The Unholy” yang dipengaruhi oleh karyaku di film. Ada lagu berjudul”Thirty Years to Live” yang agak seperti sebuah keberangkatan. Ada juga lagu yang selalu melekat di pikiranku berjudul “The Dissident” yang agak diluar dugaan dibandingkan dengan yang orang harapkan dari kami.

Kalian tur dengan Aerosmith musim panas ini dalam tur “Let Rock Rule”. Rasanya seperti musik rock yang sesungguhnya sangat dibutuhkan ditengah2 musik pop yang sangat mendominasi, bagaimana perasaaan kalian tentang ini?
Slash: Aku adalah orang yang rock n roll. Bisnis musik telah menjadi sesuatu hal yang berorientasi pada musik pop dan semua genre musik yang berbeda harus menjadi pop. Aku menyukai kenyataan bahwa aku mengerjakan musik rock n roll dan selalu melakukan hal yang sama dengan sepenuh hati. Bagiku, Aerosmith telah menggambarkan itu semua sejak aku masih anak2. Kami berdua pergi kesana dan melakukan serangkaian tur besar itu dan membawa banner tersebut. Melakukkan itu semua dengan sepenuh hati adalah sesuatu yang aku banggakan.
Myles: Meskipun rock bukan angkatan yang seperti dulu lagi di Amerika, tapi masih punya penggemar setia yang selalu ada, tidak peduli budaya populer apa yang dianggap keren. Itu hebat karena kamu pergi ke sebuah pertunjukan rock dan kamu tau orang2 tidak ada disana karena mereka mengikuti trend, Mereka bukan penggemar musiman, mereka mengikuti hati mereka dan mendengarkan musik yang mereka suka. Selama bertahun2 orang2 mengatakan rock telah mati  tapi kenyataannya rock hanya kalah oleh budaya pop dari waktu ke waktu. Penggemar rock masih ada dan itulah alasannya mengapa tur seperti ini begitu penting.